|

Baku Hantam Berebut Tiket Semifinal, Sepak Bola Putri Babel Tekuk Sumut 2 - 0

 

Baku hantam di ajang PON XXI 2024 Aceh-Sumut terulang lagi. Setelah pelipis wasit futsal berdarah kena pukul pada laga final futsal putri Sumut versus Papua Barat, giliran wasit sepak bola dikejar-kejar lalu dipukul usai laga berakhir. (foto: ist) 

INILAHMEDAN - Deli Serdang: Baku hantam di ajang PON XXI 2024 Aceh-Sumut terulang lagi. Setelah pelipis wasit futsal berdarah kena pukul pada laga final futsal putri Sumut versus Papua Barat, giliran wasit sepak bola dikejar-kejar lalu dipukul usai laga berakhir. 

Penyerangan dan pemukulan terhadap wasit terjadi pada laga akhir babak penyisihan memperebutkan tiket semifinal antara tim sepak bola putri Sumut melawan Bangka Belitung (Babel) di stadion mini Dispora Sumut Jalan Williem Iskandar/Pancing, Deli Serdang, Senin sore (09/09/2024). 

Laga penyisihan grup A pada sore itu memang cukup sengit. Permainan berjalan imbang, meski akhirnya Sumut gagal melenggang ke semifinal karena kalah 0 - 2 dihantam Babel. 

Gol cepat pertama Babel dilesakkan Henni Ulandari di menit ke 4 menyentak tim Sumut. Tensi permainan makin panas karena Sumut berupaya menyamakan kedudukan. Namun tendangan keras pemain depan Sumut, Uci Tamala, gagal membuahkan gol karena bola melebar di sisi kiri gawang Babel.

Sumut terus mengintensifkan serangan demi serangan ke gawang lawan. Sampai akhirnya Uci terjatuh di area kotak finalti akibat benturan dengan pemain belakang Babel. 

Pekikan finalti dari supporter Sumut langsung menggema. Pemain Sumut juga melakukan aksi protes kepada wasit. Namun wasit memutuskan benturan itu bukan pelanggaran. Di pinggir lapangan, tensi pelatih Sumut dan tim official meninggi atas keputusan wasit yang dianggap 'nyeleneh' karena kesalahan fatal di depan mata malah dianggap tidak terjadi apa-apa. Protes-protes pemain Sumut, pelatih diabaikan. Sampai peluit di babak pertama, skor masih 1 - 0.

Di babak kedua, Sumut makin agresif. Namun serangan demi serangan dapat dipatahkan Babel. Benturan demi benturan pemain sering terjadi. Kontrol emosi mulai hilang kendali. 

Puncak emosi terjadi di menit ke 56. Lagi-lagi pemain depan Sumut, Suci, yang punya kesempatan menyamakan skor kedudukan, toh akhirnya kandas meski kala itu berhadap-hadapan dengan penjaga gawang Babel, Huci Helyani. Sempat duel fisik, lagi-lagi wasit tak menganggap itu sebagai pelanggaran. 

Lantaran kontrol emosi tak lagi dapat dikendalikan akibat kepemimpinan wasit yang dinilai 'nyeleneh', gawang Sumut kembali kebobolan di menit 61. Lesakkan pemain depan Babel, Vivi Oktavia Riski, menggetarkan jala gawang Sumut sehingga skor menjadi 2 - 0.

Sumut yang tertinggal dua gol mencoba mengejar ketertinggalan meski waktu mulai mepet. Tepat di menit ke-69, kedua tim terjadi benturan fisik.

Seorang official Sumut masuk ke lapangan memprotes kepemimpinan wasit. Para pemain kedua tim saling dorong dan terlibat cekcok. Pemain Babel Jasmine Sefia mendapat kartu merah. Wasit juga memberikan kartu kuning kepada salah satu tim pelatih Sumut. 

Sepuluh menit waktu tersisa, Sumut sebenarnya punya kans menyamakan kedudukan. Namun peluang itu gagal dikonversi menjadi gol. Wasit Lukman Setiawan akhirnya meniup pluit panjang. Pemain Sumut menangis atas kekalahan. 

Usai laga, sejumlah official Sumut dan pemain yang masih kecewa dengan kepemimpinan wasit kembali mengejar beberapa perangkat pertandingan hingga menuju ruang ganti. Namun langkah mereka diredam panitia.

Kekesalan dan kekecewaan pemain dan official atas kepemimpinan wasit mereka luapkan di lapangan. 


Pemain Babel dan official langsung kembali ke hotel dikawal mobil pengamanan polisi untuk menghindari bentrok. Sasaran amuk mengarah ke wasit. Wasit dikejar-kejar bahkan sempat kena pukul meski panitia mencoba menghalangi. 

Pelatih Sumut, Marasabessy, sangat menyesalkan kepemimpinan wasit yang dinilai sangat merugikan mereka. 

"Siapa pun tau, pelanggaran di area kotak finalti akan mendapat hukuman finalti. Orang awam pun tahu. Tapi wasit menilai bukan pelanggaran. Kan aneh," kesal Marasabessy dalam sesi temu pers. 

"Kita tuan rumah bukan berarti minta dibantu, kita hanya minta tegakkan peraturan dalam bertanding. Orang awam sekalipun tau tadinya itu harus finalti. Kalau tadi penalti, situasi permainan bisa saja berubah,” ujarnya.

Sementara pemain Sumut, Herlina memohon maaf kepada masyarakat atas kegagalan mereka lolos ke semifinal. Tapi, mereka sudah berjuang maksimal di lapangan.

“Wasit kurang profesional menurut saya. Apabila tadi beberapa pelanggaran itu dapat penalti dan mungkin hasil berubah dan semangat atlet lebih semangat lagi,” katanya.

Atas insiden itu, perwakilan Babel tidak dihadirkan dalam sesi konferensi pers. Ketua panitia pelaksana pertandingan, Hadi Khairul Sinaga mengatakan insiden dipicu adanya tensi permainan yang sudah memanas di penghujung babak pertama. Namun, panitia masih bisa meredam suasana. Namun, di penghujung laga insiden kembali terjadi.

“kita hanya bisa mengamankan, kalau untuk melarang pemain yang kecewa ya kita gak bisa mengontrol. Tapi, sekarang ya sudah aman. Makanya, setelah pertandingan, SO kita minta bantuan ke polisi untuk segera kawal tim Babel sampai ke hotel,” ucap Hadi.

Kemenangan Babel atas Sumut, akhirnya mendapat tiket terakhir melaju ke semifinal menyusul DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Papua Pegunungan yang terlebih dahulu lolos.(imc/bsk) 

Komentar

Berita Terkini