Berdalih Cari Suaka, Imigran Gelap Berserak di Medan. Kabarnya Ada Yang Jadi Gigolo ?
INILAHMEDAN - Medan: Imigran gelap mulai menjamur di Kota Medan. Namun jumlah mereka sepertinya belum terdeteksi. Jika kondisi ini benar, itu artinya Pemerintah Kota Medan kecolongan.
Pengamat Sosial dan Politik dari Universitas Sumatera Utara, Agus S, mengatakan, para imigran gelap saat ini kian berani muncul ke hadapan publik. Mereka datang ke Kota Medan dengan alasan mencari tempat perlindungan.
"Yang menariknya, jumlah mereka (pendatang gelap-red) makin banyak tanpa ada instansi yang mendeteksinya. Atau Pemko Medan sengaja tutup mata atas masalah ini," kata Agus, Kamis (04/08/2016).
Menurut Agus, para imigran gelap tersebut kini mendapat fasilitas yang cukup memadai. Ironisnya, warga Medan yang hidup di bawah garis kemiskinan malah diabaikan.
"Betapa tidak, mereka (pendatang gelap) malah mendapat santunan dari UHHCR/ION sebesar Rp1,5 juta perbulan perorang. Itu artinya, mereka tidak lagi perlu mencari kerja. Lewat santunan itu, mereka bisa berleha-leha," katanya.
Kata Agus, sejauh ini belum ada UU yang mengatur dengan tegas terkait imigran gelap. Yang ada hanya UU deportasi bagi pekerja asing yang menyalahi aturan.
"Tapi tidak untuk imigran gelap. Berdalih mencari suaka (perlindungan), mereka malah mendapat tempat tinggal dan diberi santunan," katanya.
Kalau dibanding dengan warga Medan yang masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan, duit Rp1,5 juta itu bagi mereka sudah lebih dari cukup.
"Ini jadi semacam paradoks. Imigran gelap mendapat fasilitas dan diberi santunan, namun bagi warga Medan yang hidup di bawah garis kemiskinan malah terabaikan. Misalnya penarik becak, kuli, dan buruh kecil lainnya," katanya.
Agus juga mengkalkulasikan dana bantuan yang diperoleh imigran gelap.
"Bayangkan saja. Imigran gelap mendapat santunan Rp1,5 juta perorang. Jadi kalau mereka berkeluarga, misalnya 1 suami, 1 istri, dan 2 anak, itu berarti mereka mendapat dana Rp6 juta perbulan tanpa harus bekerja," katanya.
Informasi diperoleh Orbit, saat ini para imigran gelap berprofesi sebagai gigolo dalam melayani tante-tante girang yang butuh belaian.
"Syarat mereka menjadi gigolo sudah pas. Bermodal ketampanan, mereka menjadi incaran wanita haus seks yang berkantong tebal," katanya.
Menurut Agus, kabarnya banyak imigran gelap yang menikahi wanita pribumi yang berduit sebagai pengalihan isu agar tidak dideportasi.
"Oleh sebab itu, Pemko Medan perlu membahasnya secara serius untuk mendeteksi para imigran gelap yang belakangan ini mulai berserak di Kota Medan," demikian Agus. bsk